sepertinya sejak dahulu saya memang senang mencari syubhat. Bahkan sejak mondok hal yang paling membuat saya senang itu adalah mendapatkan pertanyaan baru, meski pertanyaan-pertanyaan itu saya dapatkan dari senior-senior saya. Baru setelah kuliah, saya mampu mencari syubhat-syubhat yang membuat saya pusing dan orang lain. 

Memang, istilah syubhat itu sendiri terkesan sangat pejoratif. kemungkinan besar jika istilah ini jika digunakan sebagai sebuah stigma tentu akan membuat tersangka padanya menjadi marah, karena syubhat itu sendiri bermakna salah kaprah, sebuah penyimpangan yang terjadi ketika seseorang mempelajari sesuatu secara setengah-setengah atau mencampur-adukkan istilah-istilah disiplin tertentu. Itu setidaknya yang saya rasakan dari syubhat-syubhat yang sama miliki. Tetapi, dari sisi lain, syubhat adalah pemikiran. Meskipun salah, itu pertanda bahwa empunya pernah berfikir, tidak ujug-ujug menerima apa yang dipelajari, dan bukti bahwa seorang pelajar memiliki kesadaran. sayangnya, memang hanya sedikit saja yang mengapresiasi hal itu. Kebanyakan orang hanya menstigma, baik tidak mengerti, kurang belajar, bahkan jahil murakkab. Sepengalaman saya sendiri, hanya sekali saja saya mendapat apresiasi atas pertanyaan yang saya ajukan, beliau adalah DR. Hasan Watad, dosen ulumu'l Qur'an saya di kampus. 

kesadaran bahwa mencari syubhat ini juga penting saya pahami dari petuah Ust. Sibawaih setelah memberi setelah memberikan kami soal ujian tauhid yang kami rasa sangat sulit: "menjawab soal itu mudah, mencari pertanyaan lah yang sulit". sebab itu, mempertanyakan sesuatu itu lebih sulit dari menerimanya. 


Comments

Popular posts from this blog

Dunia Hologram dalam Perspektif Spiritual dan Sains

Filosofi Battousai

review film da vinci demons