kisah sungai terlarang

 


Mari kita berbicara tentang kisah banga Israel sepeninggal nabi Musa As yang diuji dengan sebuah sungai terlarang.

 

Hal yang menarik dari kisah tersebut adalah tentang pelarangan meminum air sebuah sungai, di bawah terik matahari, di tengah perjalanan serdadu menuju medan perang.

 

ada apa dengan air sungai tersebut!

 

Air saja tidak dapat memberikan rasa kenyang, dan dalam banyak kondisi ia bukanlah harta benda yang dapat dibanggakan. Ia hanya media untuk mengurangi rasa haus.

 

 Atau mungkinkah bangsa  Israel ini adalah bangsa yang rakus terhadap segala sesuatu! Bahkan hingga air sungai yang merupakan milik umum juga ingin dimonopoli? !

 

Imam al Razi dalam tafsirnya mengatakan; bahwa sifat bangsa israel yang selalu membangkang terhadap perintah nabi dan pemimpinlah yang telah mewujudkan adanya ujian tersebut.

 

Thalut atau Saul, pada waktu itu merupakan pemimpin baru yang berasal dari kalangan ploretar. Pelantikannyamenuai banyak penolakan dari aristokrat Yahudi yang merasa lebih pantas menjadi penguasa, lantaran sumber daya dan pengaruh yang mereka miliki.

 

Dekrit pertama yang dikeluarkan Thalut setelah memimpin adalah larangan untuk meminum air dari sebuah sungai.  Siapapun yang meminumnya akan dikeluarkan dari barisan prajurit dan di cap sebagai pembangkang perintah Tuhan.

 

Jika kita merujuk pada tafsir Tabari, Tafsir mafatihul ghaib, tafsir alusi, dan tafsir tahrir wa tanwir, yang kesemuanya merupakan tafsir-tafsir besar yang selalu menjadi rujukan utama para peneliti,  kita akan temukan pembahasan zahir mengenai letak sungai tersebut, jumlah prajurit yang berjuang bersama Thalut, dan kajian gramatikal terkait kata-kata yang ada dalam ayat al baqarah yang menceritakan kisah ini

.

Misalnya, dalam semua tafsir yang disebutkan diatas, penulisnya lebih peduli terhadap detil-detil kesejarahan, dimana mereka menyebutkan bahwa jumlah serdadu yang ikut bersama Thalut berjumlah 8000, dimana Thalut sebelumnya telah menseleksi bangsa israel dengan memberikan keikutsertaan hanya bagi pemuda yang tidak memiliki tanggungan, seperti rumah yang belum selesai dibangun, atau dagangan yang dikhawatirkan.

 

Kemudian para penulis tafsir tersebut juga menyebutkan bahwa sungai terlarang dalam kisah tersebut terletak di antara Jordan dan Palestina, atau sungai yang ada di Palestina itu sendiri.

 

Selain itu, hal yang tak lupa dibahas adalah status Thalut, darimana gerangan larangan meminum air itu dia dapatkan!

Sebagian berpendapat bahwa larangan itu merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi pada yang ada pada masa itu,  yang bernama Syamwil As. Nabi itulah yang kemudian memberitahukan perintah tersebut kepada Thalut.

 

Pendapat lain mengatakan bahwa wahyu tersebut diturunkan langsung kepada Thalut, yang membuatnya menjadi raja sekaligus nabi.

Pendapat terakhir adalah bahwa larangan tersebut adalah ijtihad Thalut sendiri, sebagai upaya darinya untuk menguji kelayakan pengikutnya atau bangsa Israel yang bersedia mengorbankan diri. Larangan yang disebutnya ujian tersebut kemudian disematkannya kepada Tuhan, karena dia sendiri merupakan raja yang dipilih Tuhan

.

Selain masalah-masalah tersebut dan berbagai pembahasan gramatika, barulah kita akan menemukan beberapa penafsiran ekslusif dari para penafsir yang telah disebutkan.

 

Imam al razi misalnya mengatakan bahwa larangan tersebut dijadikan ujian bagi bangsa Israel, karena watak bangsa Israel yang selalu membangkang.

 

Kemudian Syekh Tohir bin Asyur mengatakan bahwa ujian Tuhan tersebut bertujuan agar para pejuang tersebut tidak kelelahan dalam menjalankan misi akibat kebanyakan meminum air sungai.

 

Sampai disini kita memahami pesan moral yang dibawa: bahwa tujuan dari larangan tersebut  agar kita tidak tamak dalam memiliki sesuatu jika ingin terhindar dari keterpurukan akibatnya.

 

Akan tetapi ayat tersebut juga menjelaskan bahwa terdapat tiga tingkatan kelompok yang menyikapi ujian tersebut secara berbeda.

Kelompok pertama adalah mereka yang meminum air tersebut sepuasnya tanpa mengindahkan larangan yang ada.

Kelompok kedua adalah mereka yang minum secukupnya untuk melanjutkan hidup dan mengisi tenaga.

Kelompok ketiga adalah mereka yang patuh dan sama sekali tidak menyentuh air sungai tersebut.

seluruh pembahasan yang ada di dalam tafsir-tafsir tersebut hanyasaja tidak menjawab mengapa harus melarang minum air, betapa tega Tuhan menguji hambanya untuk berpuasa dalam situasi peperangan dimana konsumsi sangat dibutuhkan.

 

Jika kita membaca riwayat-riwayat yang dicantumkan imam al Tabari dalam tafsirnya, terdapat riwayat yang menceritakan bagaimana nabi Muhammad Saw yang sedang menyemangati para serdadu badar dengan kisah tersebut, yaitu dengan memberitahukan kepada mereka bahwa serdadu yang tetap bersama talut menuju medan perang hanya berjumlah sekitar 300 an, seperti jumlah serdadu badar.

 

Perang badar sendiri dalam sejarah disebutkan meletus pada bulan Ramadhan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa. Mungkin saja cerita sungai terlarang merupakan kisah penyemangat bagi serdadu Badar melalui sisi yang berbeda yaitu keserupaan kondisi mereka yang diperintahkan berpuasa dalam situasi peperangan.

 

satu-satunya mufassir yang dapat saya temukan, yang menafsirkan kisah larangan tersebut sebagai alegori perlambang cita-cita nilai kehidupan yang luhur adalah imam al Biqa'i dalam tafsir nazm al durar mengatakan bahwa air sungai tersebut adalah lambang dunia yang seringkali diperebutkan dan membuat manusia menjadi tamak. mereka yang meminum airnya dengan rakus bagaikan orang yang tenggelam dalam dunia. adapun mereka yang tidak meneguk air tersebut adalah mereka yang menjauhinya.

imam al Biqai menjelaskan bahwa kisah tersebut adalah perumpaan bagi kita yang diuji dengan sungai dunia yang mengalir disekeliling kita. ketika para tentara tersebut  melintasi sungai harta manusia, negeri dan, tanaman-tanaman mereka, maka mereka yang merampas barang-barang tersebut tanpa seizin Tuhan, tentu akan berpaling dan memisahkan diri dari bala tentara, dahaga mereka tidak hilang dengan banyak meminum air sungai tersebut. sedangkan mereka yang menghindari harta benda tersebut adalah orang-orang yang setia dan mantap hatinya.

adapun orang-orang yang terpaksa beristirahat di tempat-tempat duniawi itu, dan berharap mereka tidak pernah melakukannya, adalah orang-orang yang masih bisa bertobat dan dapat diyakinkan kembali oleh prajurit yang setia.

melalui perumpamaan ini jelaslah bahwa prajurit terhebat adalah yang hamba yang saleh, yang tetap setia bersama Thalut hingga medan perang.


Comments

Popular posts from this blog

Dunia Hologram dalam Perspektif Spiritual dan Sains

Filosofi Battousai

review film da vinci demons