MEMAHAMI ARTI



Dr. M Taufiq salah seorang pengajar di universitas al Azhar dan Ummul Qura menulis dalam bukunya Subulu istinbathi'l ma'ani min'al qura'an wa al sunnah (cara-cara memproduksi arti dari al qur'an dan sunnah) jawaban atas pertanyaan yang sangat esensial dalam diskusi tentang hermeunetika.
Meskipun penulis tersebut sangat benci terhadap istilah dan kandungan yang terdapat dalam kajian heremeunetika. Tetapi hermeunetika disini perlu dimaknai secara umum yaitu "memahami arti" atau lebih tepatnya mehamami teks atau perkataan orang lain. Maka tidaklah keliru jika tulisan dosen tersebut digunakan dalam memahami hermeunetika. Pertanyaan tersebut adalah, "apakah seorang pembaca meciptakan arti/makna?"

Pertanyaan ini menurutnya dapat dijawab dari dua aspek yang berlawanan, positif dan negatif, iya dan tidak. Kedua aspek tersebut tergantung pada tendensi pembaca dalam memaknai tiga hal yang menjadi standar dalam menentukan jawaban atas pertanyaan di atas. 1)jenis bacaan, wahyu atau tidak. 2) maksud dari kata arti. 3) maksud dari kata mencipta. 

Kata arti dapat berbeda-beda artinya jika dilihat dari tiga aspek.

1- aspek penulis atau pembicara

Dalam aspek ini makna yang paling dekat dengan kata arti adalah  maksud yang diinginkan oleh penulis/pembicara. 

Pada aspek ini selain dari penulis tidak mempunyai kesempatan sama sekali untuk membuat arti/makna. Penulis merupakan satu-satunya orang yang dapat menjelaskan apa yang ia maksud dari tulisannya. Ia menjelaskan makna tertentu yang tidak dapat diubah-ubah atau ditambahkan bahkan oleh penulis itu sendiri. 

Maka dalam aspek ini pembaca tidak berhak memutuskan pemahamannya paling benar.

2- Aspek susunan kalimat.

Dalam aspek ini makna terdekat dari kata arti/makna adalah apa yang terkandung dalam teks atau kalimat.

Aspek ini merupakan objek dalam istinbath, akan tetapi dalam ucapan manusia jarang sekali apa yang diinginkan oleh penulisnya tersampaikan melalui tulisannya. Berbeda dengan wahyu yang mampu melakukan hal tersebut, itu karena yang berbicara adalah zat yang mampu menggambarkan kehendaknya dengan sesuatu yang dapat menyampaikan kehendak tersebut, mampu menciptakan kalimat-kalimat dan susunan kata yang mengandung semua yang dikehendakiNya.

3- aspek pendengar/pembaca

Dalam aspek ini arti dapat berubah-ubah sesuai kualitas pembaca, sesuai kemampuannya dalam memahami dan memiliki metode dalam mengetahui siapa yang berbicara dan apa yang dibicirakannya. Perbedaan ini bahkan terjadi dalam diri satu orang pembaca mengikut perubahan cara berpikirnya.

Jika arti dalam aspek kedua adalah objek istinbath, maka aspek pembaca atau apa yang ia pahami merupakan hasil instinbath tersebut, dan hasilnya plun berbeda-beda sesuai metode yang dipakai. maka dalam aspek ini dapat dikatakan pembaca dalam menciptakan arti/makna. 

Sehubungan dengan maksud yang diinginkan melalui kata mencipta, maka apabila yang dimaksud dari kata tersebut adalah memberikan makna ke dalam teks, maka ini tidak mungkin karena ia merupakan bagian penulis saja. Tetapi apabila yang dimaksud adalah merekonstruksi arti yang telah diciptakan oleh penulis melalui serangkaian metode dan alat bantu memahami maka pembaca dapat melakukannya. 

Adapun jenis bacaan itu sendiri, ia dapat berupa wahyu atau perkataan manusia. Dalam perkataan manusia pembaca lebih bebas dalam menentukan makna yang ia inginkan, hubungan para pembaca dengan makna berbeda-beda sesuai dengan informasi yang mereka ketahui tentang penulis baik pribadi dan sosio kulturnya.

Sedangkan dalam wahyu, makna lebih teratur dan objektif terutama ketika pembaca mampu menjelaskannya dengan hadits.


Comments

Popular posts from this blog

Dunia Hologram dalam Perspektif Spiritual dan Sains

Filosofi Battousai

review film da vinci demons