Menghibur Diri
Terdapat beragam bentuk hiburan.
film, novel, komik, dan seterusnya. Hiburan-hiburan itupun menyediakan genre
bermacam-macam.
Romansa, komedi, atau misteri.
Tetapi ada jenis manusia yang terhibur bukan pada suatu hal yang lucu atau
cerita yang berakhir bahagia, mereka memiliki standar berbeda dalam mengukur kesenangan. Psikopat misalnya kebahagiaan hanya dapat ia miliki dengan membuat
orang lain sengsara, dengan tetap memanifestasikan chaos ke
ruang publik. Atau filosop,
justru lebih senang ketika ia pusing, bahagia ketika ia mendapat pertanyaan
lain, dan menurutnya problem
justru bertambah ketika jawaban telah diketemukan.
Nah, mungkin hiburan kali agak mirip seperti
itu, tidak bertujuan menyenangkan anda, atau membuat anda ceria ria, tetapi
justru membuat anda geleng-geleng dan sakit kepala.
Ok.
Sebenarnya ini bukan hanya membuat kepala sakit tapi berupaya menggali
informasi yang telah tertanam dalam pikiran anda. Menurut Plato sebelum
dilahirkan seorang manusia mengetahui rahasia alam semesta, akan tetapi setelah
membuat kontak yang sedemikian banyak dengan dunia luar informasi ini tertutup
dan sangat sulit untuk diketahui. Tetapi pada beberapa waktu anda merasakan ada
sesuatu yang tidak beres dengan dunia ini, anda dapat merasakannya sekilas tetapi tidak
dapat menjelaskannya. Nah menurut Plato pikiran anda disini mengalami
pengalaman penemuan (eureka) yang disebut Plato Eros atau
kerinduan, kerinduan akan kembali ke dunia ide.
Jadi seperti apa hiburan kita kali ini?
Saya
ingin memperkenalkan anda (bagi kalian yang belum tahu saja) sebuah
analogi, atau katakanlah sekumpulan kalimat yang membentuk pernyataan yang
dikenal sebagai Paradox.
Nah,
apa itu Paradox?
(Curhat)
Pertama kali saya mendengar terma Paradox ketika membaca buku sejarah filsafat
yang membahas filsuf Zeno. Zeno adalah filsuf yang memikirkan fisika hukum
gerakan, dalam hal ini ia mengaitkan gerak dengan ruang. Logika sederhana
mengatakan anda tidak dapat bergerak
jika tidak ada ruang.
Secara
eksplisit kita dapat mengatakan bahwa pergerakan adalah perpindahan suatu
materi dari suatu tempat ke tempat lain. Ini adalah hukumnya, hukum yang dapat
kita saksikan dan observasi dengan mata telanjang.
Jika
sudah memahami ini maka konklusi yang pasti terbersit di benak kita adalah
distingsi pada
benda-benda. Artinya kita mengelompokkan benda menjadi benda yang bergerak dan
benda yang diam. Kedua sifat ini merupakan kontra yang tidak dapat bersatu.
Benda yang sedang bergerak tidak mungkin sedang diam, dan sebaliknya.
Logika
sederhana ini nampaknya hanyalah penampakan indrawi saja. Menurut Zeno sesuatu
yang bergerak itu dalam realitas yang lebih dalam sejatinya sedang diam.
Artinya dia bergerak dan diam di waktu yang sama. Wtf.
Dalam
hal ini Zeno mengemukakan sebuah Paradox.
Paradoks
Anak Panah, Misalnya
kita membagi waktu sebagai “deretan masa-kini”. Kemudian kita lepaskan anak
panah. Di setiap “masa-kini” anak panah menduduki posisi tertentu di udara.
Oleh
karena itu anak panah dapat dikatakan diam sepanjang waktu.
Jadi apakah
Paradox? Ini jawaban Wikipedia.
Paradoks
adalah suatu situasi yang timbul dari sejumlah premis (apa yang dianggap benar
sebagai landasan kesimpulan kemudian; dasar pemikiran; alasan; (2) asumsi; (3)
kalimat atau proposisi yg dijadikan dasar penarikan kesimpulan di dl logika),
yang diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan tiba pada
suatu konflik atau kontradiksi.
Sebuah
'paradoks adalah sebuah pernyataan yang betul atau sekelompok pernyataan yang
menuju ke sebuah kontradiksi atau ke sebuah situasi yang berlawanan dengan
intuisi. Biasanya, baik pernyataan dalam pertanyaan tidak termasuk kontradiksi,
hasil yang membingungkan bukan sebuah kontradiksi, atau "premis"nya
tidak sepenuhnya betul (atau, tidak dapat semuanya betul). Pengenalan
ambiguitas, equivocation, dan perkiraan yang tak diutarakan di paradoks yang
dikenal sering kali menuju ke peningkatan dalam sains, filsafat, dan
matematika.
Saya sempat terpikir
apakah paradox sama dengan pengertian daur dan tasalsul dalam kajian
teologi. Galibnya argumentasi daur dan tasalsul dikemukakan untuk
menunjukkan kemustahilan yang diwujudkan konklusinya. Dengan kata lain metode
untuk menyangkal argumen dengan mengarah
pada konsekuensi yg tidak masuk akal (argumentum in
absurdum). daur dan tasalsul adalah kondisi
yang tidak mungkin terjadi.
Baiklah daur ini
secara leksikal berarti perputaran yang tidak berujung. Hal ini bisa mengacu
pada sebuah adagium “Ular yang memakan ekornya sendiri selama-lamanya.”
Meskipun mustahil dalam perspektif Islam, atau secara lebih spesifik para
teolognya, atau para master of contradicition (mutakallimîn), justeru
menjadi rukun iman dalam teologi Budha. Mereka menyebutnya dengan istilah Samsara.
Yaitu keadaan tumimbal
lahir (kelahiran kembali) yang berulang-ulang tanpa
henti.
Baiklah disini saya
akan menyebutkan beberapa paradox yang secara subjektif membahagiakan saya
sendiri. Tetapi untuk anda silahkan cari tau sendiri.
Eksekusi gantung yang tidak terduga
"Seorang terdakwa
akan di hukum mati (gantung)." Lalu sang juri berkata bahwa "ia akan
di di hukum mati di tengah hari di hari kerja dan terdakwa tidak diberitahu
kapan ia akan di hukum mati dan akan menjadi sebuah kejutan." Lalu sang
prisoner pun berpkir "mereka tidak akan membunuhku hari jumat", kenapa? karena jika ia masih hidup hari kamis maka ia
akan tau bahwa hukuman mati akan dilakukan hari berikutnya, lalu sang prisoner
berpikir kembali "mereka tidak akan membunuhku pada hari kamis"
karena kalau hari rabu masih hidup ia tau kalau ia akan dibunuh hari
berikutnya.
lalu sang
prisonerpun terus berpikir ke hari hari berikutnya sampai ia mendapatkan
kesimpulan bahwa mereka tidak akan pernah bisa mengejutkanku = tidak pernah
mendapatkan hukuman, dan datanglah hari rabu dimana ia tereksekusi mati sang
prisoner pun sangat terkejut.Bagaimana caranya juri dapat memberikan kejutan ke
prisoner tersebut?
Paradoks Tukang Cukur
Pada suatu kerajaan hanya terdapat satu tukang cukur
rambut dan di daerah itu terdapat aturan-aturan yang harus ditaati yaitu;
1. Semua warga harus mencukur rambutnya.
2. Semua warga tidak boleh mencukur rambutnya di
kerajaan lain.
3. Semua warga harus mencukur rambutnya di tukang
cukur.
4. Tukang cukur hanya mencukur orang yang tidak
mencukur rambutnya sendiri
Pertanyaannya : Siapa yang mencukur rambut si tukang
cukur?
Mengingat aturan kedua, tukang cukur tidak boleh
mencukur rambutnya di kerajaan lain. Aturan ketiga mmengatakan bahwa tukang
cukur harus mencukurkan rambutnya ke tukang cukur, yaitu dirinya sendiri. Kalau
begitu ia telah melanggar aturan ke-4 yaitu hanya mencukur orang yang tidak
mencukur rambutnya sendiri. Lalu, siapakah yang mencukur rambut si tukang cukur
tersebut?
Omnipotence paradox
paradox ini mungkin disukai oleh para pelajar fakultas Ushuluddin pemula.
Paradox ini sendiri dikemukakan oleh Ibnu Rusyd. Beliau berkata “Dapatkah Tuhan
menciptakan suatu benda yang begitu beratnya hingga Ia sendiri pun tak dapat mengangkat
benda itu?”
Paradox jenis kelamin
Ini paradox yang paling saya sukai.
Ada seorang pria transgender yang dulu adalah seorang wanita. Alkisah ketika
mesin waktu telah ditemukan pria ini kembali ke masa lalu dan melakukan
hubungan intim dengan dirinya yang dulu ketika masih berkelamin wanita. Dengan kata
lain ia menyetubuhi dirinya sendiri. Lalu apakah yang akan terjadi jika mereka
memiliki seorang bayi? Siapakah bayi itu? Apakah ia melahirkan dirinya sendiri?
Comments
Post a Comment