Multiverse dalam Perspektif Imam al Razi, Giordano Bruno, dan The Flash.
Seorang leluhur dalam dunia seni mistik pernah
berkata bahwa limitasi yang diciptakan manusia ketika melihat alam semesta
melalui perspektif material membentuk sekat-sekat yang membuat alam semesta ini
terlihat sangat kecil. Batasan-batasan inilah yang kemudian dirobohkan oleh
ilmu pengetahuan dengan bukti-bukti empiris yang menunjukkan bahwa alam semesta
ini tiada terhingga, tetapi ketahuilah jauh sebelum ilmu pengetahuan mengetahui
hal tersebut, dunia imajinasi dan spiritual telah merasakannya.
Giordano Bruno, seorang Kristiani yang saleh mengabdikan
diri di gereja lantaran cintanya kepada Tuhan. Pemuda yang taat ini selalu
patuh dengan doktrin-doktrin agama dengan keyakinan bahwa doktrin tersebut
memperkenalkan Tuhan dengan baik. Hingga pada suatu hari ia menemukan sebuah
buku yang memuat pengetahuan terlarang karena menjelaskan bid’ah-bid’ah tentang
alam semesta yang mengganggu kenyamanan iman. Bruno membaca teori-teori yang
ditulis Lucretius, seorang Romawi yang hidup 15 abad sebelumnya, tentang dunia
yang tidak terhingga dan alam semesta yang tidak terbatas. Ilustrasi yang dapat
menjelaskan teori ini adalah dengan membayangkan sebuah anak panah yang
dilemparkan ke luar angkasa. Hanya ada dua kemungkinan yan dapat ditemui anak
panah yaitu ia tetap bergerak mengarungi alam semesta, atau tertahan oleh
sebuah dinding yang memagari dunia. Ketika kemungkinan adanya dinding ini
terjadi maka yang perlu dilakukan adalah melemparkan kembali panah tersebut
tepat di atas dinding yang telah menahannya, maka akan terjadi dua kemungkinan
lagi, dan panah akan dilempar kembali jika menemui dinding berikutnya.
Bruno menganggap bahwa pengetahuan ini tidak
hanya harus diperhitungkan karena telah membuka lebar mata manusia, tetapi
merupakan suatu kebenaran yang menjelaskan kemaha besaran Tuhan yang telah
menciptakan alam semesta ini. Bruno merasakan bahwa pengetahuan ini telah
mencerahkan dan memperkuat imannya, oleh karena itu ia tidak takut untuk
menyuarakannya dengan lantang.
Pada masa ini Gereja menampuk hegemoni yang
dapat memonopoli setiap pendapat yang digagas oleh seseorang, ia dapat menolak
suatu gagasan dan mengkultuskan yang lainnya. Gereja meyakini gagasan yang
dianut pendeta Thomas Aquinas dan para pilsuf lainnya mengenai perspektif alam
semesta yang terbatas dan tata surya yang mengelilingi bumi. Gagasan ini sangat
mudah diterima karena kesannya tentang keistimewaan bumi yang dikhususkan untuk
manusia. Teori ini menjadi suci dan tidak dapat dicekal karena jika tidak akan
menimbulkan krisis keimanan terhadap gereja, fatwa-fatwanya tidak diindahkan
karena unsur ketuhanannya telah goyah. Oleh karena itu gagasan yang disuarakan
oleh Bruno tersebut dicap heretik dan menggugat kekuasan Tuhan, ia diusir dari
Gereja dan tidak diperbolehkan berbicara mengenai teori tersebut.
Bruno kemudian menjadi penginjil dan
berkeliling Eropa untuk menyebarkan gagasan tersebut dengan haarapan para
pecinta Tuhan akan merangkulnya, tetapi tidak satupun menerima pendapat Bruno.
Ia diusir oleh para Kalvinis di Swiss, Lutherian di Jerman, dan akademisi
Oxford di Inggris. Di Oxford Bruno berpidato bahwa ia menagmini perspektif
geosentrisme Kopernikus, bahkan lebih jauh lagi ia berpendapat bahwa tata surya
ini bukan saatu-satunya alam semesta tetapi jauh di luar sana terdapat
planet-planet yang memiliki kehidupan layaknya bumi dan tata-surya yang
mempunyai matahari sendiri. Tetapi para akademisi Oxford mencekalnya dengan dalih
yang dikatakan Aristoles dan Bible terkait kejadian. Bruno yakin bahwa dogma
semcam inilah yan telah menciptakan sekat-sekat yang mempersempit pandangan
mengenai alam semesta dan merendahkan kemaha luasan Tuhan.
Satu abad berikutnya galileo membuktikan dengan
teleskopnya teori multiverse yang dicanangkan Bruno. Bruno bukan seorang
ilmuwan, ia mencanaangkan teorinya tanpa landasan bukti-bukti empiris, hanya
dengan mempertajam nalar dan memperluas imajinasi ia mampu keluar dari sekapan
dogma dan menemukan semesta yang maha luas. Nahasnya sebab ajaran sesat ini
Bruno dijatuhi hukuman mati oleh Gereja dengan membakarnya hidup-hidup.
Masih di abad pertengahan, jika bergeser
sedikit ke timur kita akan menemukan budaya yang sangat berbeda, budaya yang
memperlakukan ilmu pengetahuan layaknya harta, para penguasa di kawasan ini
bahkan berlomba-lomba mengadakan ekspedisi pencarian buku-buku langka sebagai
koleksi perpustakaan pribadi mereka.
Abad pertengahan merupakan masa kejayaan dunia
Islam, tidak hanya dari segi kemakmuran hidup penduduknya tetapi juga
pengembangan ilmu pengetahuan baik melalui pelestarian literatur atau observasi
ilmiah, pemerintahnya mendanai setiap proyek ilmiah seorang ilmuwan.
Imam Fakruddin al Razi dapat dikategorikan
sebagai tokoh yang beruntung dalam hal ini, ia mempunyai hubungan yang dekat
dengan penguasa, bahkan seringkali buku-buku yang ditulisnya merupakan hadiah
yang diperuntukkan untuk raja.
Al Razi adalah salah satu dari tokoh yan
masyhur menguasai berbagai disiplin ilmu, kajiannya tidak hanya terpaku dalam
hal-hal berbau religi, selain mempelajari filsafat ia juga menguasai fisika,
anatomi, astronomi, astrologi, fisiognomi, ilmu sihir dan lain-lain.
Karya terbesar dan tulisan terakhirnya adalah
buku yang memuat interpretasi al Qur’an, buku ini bahkan melampaui jangkauan
yang dapat ditempuh oleh tafsir-tafsir konvensional, ia memuat ensiklopedi
pengetahuan yang dapat dipahami melalui firman-firman Tuhan.
Dalam menfsirkan ayat “al hamdu
lillâhi Rabbi’l ‘âlamîn” al Razi mengusung teori multiverse, ia menjelaskan
bahwa di luar alam semesta ini terdapat ruang yang tidak berujung (al khalâ’
lâ nihâyata lahâ), dan Allah Swt. terbukti mampu menciptakan segala hal yang
mungkin, Ia kuasa untuk menciptakan berjuta alam semesta yang jauh lebih besar
dari alam semesta yang kita ketahui, dan semua alam semesta itu memiliki tata
suryanya sendiri.[1]
Kata al
‘âlamîn itu sendiri berarti multiverse atau keberadaan dunia-dunia
dan alam semesta yang tidak berujung. Imam al Razi menentang gagasan
geosentrisme yang galibnya diamini oleh filosop paripatetik pada abad
pertengahan, hal ini menurutnya karena
bumi tidak lebih istimewa daripada planet-planet lainnya.[2]
Mari kita tinggalkan abad pertengahan dan
melihat masa kini.
CW, salah satu saluran Tv ternama di Amerika
setiap awal pekan menayangkan serial pahlawan sakti bertajuk The Flash. Ia
merupakan salah satu superhero besutan raksasa perusahaan komik, DC.
The Flash adalah hero-name (julukan
pahlawan) yang disandang oleh Barry Allen, seorang pemuda yang bisa berlari
secepat kilat. Kesaktian ini didapatkan oleh Allen setelah terkena ledakan
Partikel Akselerator yang diluncurkan pertama kalinya oleh Starr Lab, sebuah
laboratorium ilmiah yang terletak di pusat kota Central. Radiasi ledakan
membuat zat-zat kimia yang berada di sekitar ruang kerja Allen secara tidak
sengaja bercampur dengan tubuhnya dan merubah struktur sel yang ia miliki,
tanpa sengaja Allen kekuatan yan luar-biasa, ia bukan lagi orang biasa (human
kind), ia dan mereka yang memiliki kekuatan yang diberikan Partikel
Akselerator tersebut menjadi orang sakti (Meta-Human).
Keistimewaan yang dimiliki Allen tidak hanya
pada kesaktiannya, ia juga mampu berpikir dengan cepat dan memiliki pengetahuan
yang dapat mengembangkan ilmu kanuragannya. The Flash mampu mewujudkan mukjizat
dan menentang hukum fisika.
Alam bersabda “Wahai materi janganlah kamu
bergerak lebih cepat daripada Cahaya”. Oleh karena itu sampai sekarang belum
ditemukan materi yang melebihi kecepatan Cahaya, ia harus tetap berada di bawah
kecepatan tersebut.
Enstein mengatakan bahwa jika materi dapat
melebihi kecepatan Cahaya maka akan terjadi hal-hal lucu. Hal-hal seperti
kembali ke masa lalu, datang ke masa depan, atau terlempar ke Entah berantah (unknown).
Anehnya The Flash mampu mematahkan hukum ini,
dengan kecepatannya yang melebihi Cahaya ia mampu kembali ke masa lalu, masa
depan, bahkan membuat portal (lorong) yang menghubungkannya ke alam semesta lain.
Demi mengalahkan musuh bebuyutan Allen terpaksa
menggunakan jurus terlarang yang dapat menimbulkan terjadinya singularitas yang
dapat menghancurkan jagat raya. Tetapi dengan bantuan teman-temannya Allen
dapat menghentikan proses singularitas tersebut. dan singularitas inilah factor
utama yang membuka portal-portal yang dapat menghubungkan multiverse.
Multiverse dalam the flash tidak lagi hanya
sebuah teori, ia menjadi fakta ketika Barry Allen dan kroni-kroninya bertemu
dengan manusia yang berasal dari alam semesta lain. Dunia lain ini merupakan
tempat yang parallel dengan bumi, bahkan ia memiliki manusia yang sama dan nama
yang sama dengan bumi tetangga, hanyasaja vibrasi yang berbeda dari dunia lain tersebut
menciptakan kehidupan yang berbeda dan menutup jalan penghubung dua semesta.
Artinya setiap penduduk dunia tidak dapat melihat dunia lain tersebut dan tidak
dapat berhubungan dengannya. Dan setiap orang memiliki kembaran (doppleganger)
di dunia lain dengan nama yang sama dan kehidupan pribadi yang berbeda. Dan
dunia ini sangat banyak.
Barry Allen menemukan kembarannya memiliki
kehidupan berbanding terbalik dengan kehidupan yang ia miliki, di dunia
tersebut orang tuanya belum mati, ia sudah beristri tetapi tidak memiliki
kekuatan. Barry Allen bahkan hampir tergoda untuk tinggal di dunia tersebut.
Jadi pada intinya teori tentan multiverse ini
merupakan imajinasi yang mengajak anda menjelajahi ruang angkasa dengan
alat-alat yang sudah tertanam dalam diri anda, sejenak ia memberikan anda
kehidupan yang jauh lebih spektakuler daripada realita, melupakan kesedihan dan
kesempitan yang anda temukan dalam kenyataan, dan merasakan kemaha luasan alam
semesta.
Comments
Post a Comment