Kami tidak menganut agama ORMAS

Kami tidak menganut agama ORMAS. Bagi orang yang tidak tahu maka ia akan menganggap semuanya baik dan bertujuan bagus, memang orang tak tahu harus begitu, jangan mencaci dan menyalahkan, jangan salah tingkah dan merasa paling benar. Tapi bagi orang yang sedikit pengetahuaannya, maka ia akan menyalahkan, mencari kesalahan, menganggap diri pahlawan, padahal yang ia tau hanyalah buku, ia belum mampu berfikir, menghasilkan pemikiran, karena yang ia mampu hanyalah membaca, menullis kritikan-kritikan yang dilemparkan orang lain, menjelaskan pemahaman orang lain, lalu menganggap diri telah mampu bersaing.
Agama ORMAS. memang jarang terdengar di desa kami, tak tau apa itu NU apalagi Muhammadiyah, setelah mendengar cerita dari seorang teman yang telah keluar daerah menuntut ilmu ketanah Jawa, ia berkata: Kita semua di desa ini memeluk agama NU. Terdiam sejenak tak mengetahui apa itu NU, kapankah agama tersebut ditemukan, siapakah Nabinya?, dan bagaimanakah cara peribatannya.? Dia pun menjelaskan kepadaku bahwa NU adalah ORMAS yang mengedepankan budaya dan tradisi, tak membuang kepercayaan lama, mundur selangkah untuk dapat melompat ke tempat yang lebih jauh. Itulah NU, dia menjelaskan kepadaku bagaimana cara berfikir GUS DUR yang dianggap sesat oleh kebanyakan orang awam, aku bertanya dia menjawab dengan cerdas dan cermat, akupun keheranan, ternyata beginilah jadi sahabatku yang selama ini aku pikir hanya malas-malasan seperti aku. Sebenarnya aku masih belum mengerti apa itu NU ataupun Muhammadiyah?, perbedaan apakah yang terdapat dalam diri mereka?. Sampai di dunia baru, aku kembali mendengar kata-kata itu, tetapi kali ini kasusnya berbeda, jika dulunya hanya NU yang ku temukan tapi kali ini ku temukan lebih dari itu, NU, Muhammadiyah, Wahabi, bahkan Syiah pun kudapati di negeri itu. Awal mulanya aku memang tak tau "apa-apa," dua tahun berlalu alhamdulillah aku telah mengetahui "apa," dan mudahan tahun-tahun berikutnya dapat kukuasai "beberapa" agar hidup ini tidaklah sia-sia karena tak dapat apa-apa.
Tahun pertama memang tidak berjalan lancar, Wahabi pun ku lakoni, para Sufi aku caci maki, tawassul, tabarruk apalah namanya tak mau ku dengar, semua itu hanya karena aku ingin pandai berbahasa Arab, agar pengetahuanku tidak melarat, tetapi mereka memang tidak ada yang sepaham, ku debat, kutantang mereka berdiskusi, dalil 'aqliy dan  naqliy semuanya kubabat habis, agar mereka mengerti, dan dapat menerima pendapat orang lain. Dari sanalah kuketahui arti kefanatikan, akupun keluar dari wahabi, Masjid tak pernah lagi ku sholati, kutenggelamkan diriku didalam filsafat, tapi untung saja aku pandai berenang haha, akhirnya akupun tidak jadi tenggelam, karena banyak sekali yang mengisi tempat pemandian tersebut, wajah-wajah mereka kurang menjanjikan, omongan mereka hanya membuat pusing, tetapi perjuangan baru dimulai, sedikit demi sedikit ku minum air laut tauhid, walaupun sulit, tetap kucoba untuk bangkit, walaupun bukit tersebut memang setinggi langit, aku yakin pasti bisa, cita cinta menjadi inspirasi, walaupun pergaulan yang kurang, ketenaran yang terpendam, kebahagiaan yang masih terkurung di dalam rumah..
Jujur saja memang banyak yang kutemukan di negeri itu, tapi sayang, tidak banyak yang dapat ku ambil, hanya beberapa, tapi Al-hamdulillah atas semua...

Comments

Popular posts from this blog

Dunia Hologram dalam Perspektif Spiritual dan Sains

Filosofi Battousai

review film da vinci demons