Ujian imam Ahmad bin Hanbal RA.
Era khilafah Abbasiyah tepatnya abad ke 2-3 Hijriyah, hidup seorang pengikut Rasulullah Saw baik ucapan maupun perbuatannya, beliau bernama imam Ahmad bin Hanbal as-SyaibanĂ®. Persis sepeti imam Syafi’i, beliau hidup yatim ditinggal oleh ayahnya di Bagdad be-rsama ibunya di sebuah rumah kecil dengan bekal minim yang ditinggalkan oleh almarhum ayahnya. Berbekal takwa dan hati yang cukup ia putuskan untuk menghabiskan umurnya demi menuntut ilmu hadits dan Sunnah Rasul Saw. Ia juga menolak rencana pembukuan pendapat-pendapatnya terkait yurispundensi (fikih), menjadi seorang Muhaddits men-urutnya sudah lebih dari cukup, Kemasyhuran dan namanya yang harum inilah yang membawanya ke hadapan mihnah (ujian) yang begitu lama pada era pemerintahan Mu’tazilah dari marga AbbasĂ® yang menganut faham bahwa qur’an adalah makhluk, dan memaksa masyarakat untuk memeluk dan meyakini faham tersebut.